19/02/12

Agar Tak Asal-asalan, Harus Disiapkan Jurnal Ilmiah Berkualitas

Do you want to share?

Do you like this story?

Jakarta Kebijakan yang mensyaratkan kelulusan S1-S3 dengan menulis di jurnal ilmiah dinilai tidak mudah. Wadah atau jurnal yang bagus harus disiapkan Kemendiknas agar jurnal ilmiah tak dibuat asal-asalan.

"Di luar negeri semua seperti itu (lulus dengan syarat menulis jurnal). Namun saya cenderung tidak setuju karena belum ada wadah atau jurnalnya," ujar Koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) se-Dunia, Febry HJ Dien.

Hal itu dikatakan Febry ketika berbincang dengan wartawan di sela-sela Simposium PPI se-Dunia (Indonesian Students World Symposium/ISWS) di Hotel Citrus, Jalan Tiong Nam, Kuala Lumpur, Malaysia, yang diselenggarakan Kamis-Minggu (16-19/2/2012).

Menurut Febry, tak mudah menulis di jurnal ilmiah yang bagus dan berkualitas. Selain harus mempersiapkan media alias jurnalnya itu sendiri, yang perlu dipikirkan adalah semacam kurator jurnal ilmiah yang menyeleksi jurnal-jurnal itu agar layak muat. Hal ini perlu dilakukan agar jurnal itu tak sekedar menjadi jurnal yang asal-asalan.

"Kalau jurnal itu harus tembus jurnal ilmiah internasional, membuat jurnal ilmiah itu tidak gampang lho," ujar Febry yang sedang mengambil S2 e-government di Universitas Queensland, Australia, ini.

Di luar negeri, imbuh Febry, menulis di jurnal untuk syarat kelulusan sudah menjadi kelaziman. Namun ada yang hanya membuat artikel di jurnal saja, tanpa karya ilmiah seperti skripsi atau thesis.

"Di luar negeri bahkan ada yang tidak membuat thesis untuk lulus," jelasnya.

Sementara menurut Dirgayuza Setiawan, mantan Wakil Ketua Umum PPI Australia, syarat menulis di jurnal ilmiah ini bagus untuk meningkatkan jumlah peneliti di Indonesia. Jurnal ilmiah bisa menjadi salah satu indikator kualitas pendidikan.

"Menurut saya pribadi, caranya bukan dengan mengharuskan (menulis di jurnal). Tapi lebih ke pemberdayaan pelajar, caranya bisa dengan memberikan insentif bila ada karya yang masuk ke jurnal," jelasnya.

Di Australia sendiri, imbuhnya, menulis di jurnal diterapkan pada tingkat S2-S3, sementara untuk S1 tidak ada kewajiban menulis di jurnal ilmiah. Jadi, syarat menulis jurnal ilmiah untuk S1 membuat kelulusan lebih susah.

"Syarat kelulusan jadi lebih susah (untuk S1). Coba misalnya untuk lulus, harus muncul satu tulisan di media, seperti misalnya Kompas. Kalau begitu kan halamannya terbatas sekali. Pemerintah bisa membantu untuk penerbitan jurnal, standarnya juga harus dipikirkan," imbau pria yang pernah merekam Komisi VIII tentang masalah email saat berkunjung ke Australia ini.
Sumber : detik.com

YOU MIGHT ALSO LIKE

0 komentar:

Posting Komentar

Advertisements

Advertisements